Rabu, 02 April 2014

Marxisme


PERKEMBANGAN PAHAM MARXISME SERTA DAMPAKNYA BILA DITERAPKAN DI INDONESIA

Bima Wahyu                              (120731435929)
Anggi Brillian Pridya Putri         (120731435943)
Ajar Wahyu Jati                          (120731435954)
Yuli sakila Dewi                        (120731435962)
Trianda Saputro M.H                 (120731435964)

Dwijayati Ari Novia S               (120731435982)



ABSTRAK : Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui bagaimana asal mula adanya paham marxisme di suatu negara dan kemudian berkembang pesat di seluruh dunia. Walaupun ada banyak pro dan kontra dalam memahami paham ini, namun pada dasarnya paham ini menggambarkan tentang kepedulian seorang Karl Marx terhadap para buruh yang selalu ditindas dan berada dibawah kekuasaan orang-orang yang besar.

Kata Kunci : Marxisme, Karl Marx, Buruh, Paham, Negara.


PENDAHULUAN
Tulisan ini digunakan sebagai pedoman untuk lebih mengetahui tentang paham Marxisme yang berkembang di Indonesia dan bagaimana pro dan kontra yang ada di negara Republik ini. Pada dasarnya paham marxisme merupakan sebuah paham yang dibawa oleh Karl Marx. Karl Marx telah menyusun sebuah teori yang sangat besar dan meliputi aspek sistem sosial, ekonomi, dan politik. Para pengikut paham marxisme ini diseluruh dunia disebut dengan Marxis. Pendek kata, Marxisme adalah teori untuk seluruh kelas buruh secara utuh, independen dari kepentingan independen dari kepentingan jangka pendek dari berbagai golongan sektoral, nasional, dan lain-lain (Abu Bakar Ebyhara, 2010:373). Ideologi ini bermula dengan adanya revolusi industri. Pada tujuan awalnya Karl Marx ingin mengubah kekacauan sistem ekonomi yang terjadi pada saat itu dan mengubahnya menjadi lebih baik. Perubahan dapat dilakukan dengan penentangan yang nantinya dapat mengubah pandangan marxis tersebut berkembang menjadi sosialisme dan komunisme. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengorbankan kaum proletar untuk menjadi kaya. Kaum Proletar disini yaitu kaum buruh. Dengan Mereka tidak pernah memperdulikan keadaan kaum proletar yang sangat memprihatinkan. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya kepemilikan pribadi dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.
Terlihat bahwa ideologi ini lebih berpusat pada perbaikan ekonomi suatu negara. Presiden pertama Indonesia yang pertama yaitu Ir. Soekarno yang mewujudkan arti marxisme di Indonesia sebagai istilah baru yaitu Marhaenisme. Marxisme yang sejati, artinya Marxisme yang sebenar-benarnya, berdiri di atas analisa-analisa yang obyektif. Dan dalam analisa yang obyektif ini marxisme mengakui adanya bangsa-bangsa. Maka, oleh karena itu di dalam zaman sekarang dijalankan oleh beberapa negara, fakta adanya bangsa-bangsa ini tidak pernah dipungkiri bahkan diterima sebagai satu realiteit objectief (Ir.Soekarno, 2006:152). Menurut Karl Marx, hal paling utama dan mendasar agar manusia dapat hidup yaitu menemukan sarana untuk tetap bertahan hidup baik dalam menghasilkan pangan, sandang, maupun papan untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari. Setiap manusia akan melewati masa-masa tersebut, ada yang berhasil namun ada juga yang gagal. Semua itu tergantung dengan usaha masing-masing orang dalam memaknai aspek ekonomi tersebut. Jika seseorang mendapatkan keberhasilan, maka hidupnya akan lebih baik dari pada sebelumnya atau lebih baik keadaan hidupnya dibandingkan yang belum berhasil melalui tahap hidup itu.
Pengertian sekarang menyadari bahwa ideologi seharusnya berakhir setelah suatu masyarakat mencapai target yang dicita-citakan pada ideologi. Namun pengertian ini tidak bisa dikatakan berlaku sepenuhnya karena pada kenyataannya sebagian besar ideologi menjadi dasar suatu kepercayaan yang melahirkan tradisi panjang yang tidak mudah berakhir (Jim Supangkat, 2006:25). Paham Marxisme dilarang diterapkan di Indonesia karena paham ini tidak sesuai dengan makna Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia. Marxisme selanjutnya mulai tidak jelas karena mengalami berbagai penafsiran yang berbeda dan membingungkan. Seperti munculnya dua versi tentang marxisme yaitu marxisme sebagai ortodoks yang merupakan hasil elaborasi kelompok Bolshevik dan versi Barat yang semakin jauh dari kesatuan. Ini dibuktikan oleh beragam pengikutnya mulai dari kelompok pemikir yang berada di bawah payung kelompok Teori Kritis Jerman sampai Jean Paul Sartre, filsuf eksistensialisme (Pranoto Iskandar, 2011:48).

PEMBAHASAN
A.      Sejarah Perkembangan Paham Marxisme di Dunia
Seperti yang telah dijabarkan dalam bab pendahuluan tadi, bahwa inti dari kajian Marxisme adalah suatu pandangan atau ideologi yang digunakan oleh kaum buruh. Munculnya Marxisme ini berawal dari adanya organisasi-organisasi pada abad ke-19 yang mana sosialisme terbatas hanya pada kelompok-kelompok, serikat rahasia, dan sekte yang berpusat di Perancis. Kelompok-kelompok ini terbatasanya hanya pada sosok seorang pemimpin atau bapak rohani seperti halnya kaum Saint-Simonis di Perancis dan para pengikut Owen di Inggris. (Suseno Franz,1999:208)
 Kemunculan kelompok-kelompok tersebut memunculkan perkumpulan atau serikat-serikat kaum buruh pada pertengahan abad ke-19. Dalam Pemikiran Karl Marx (Suseno Franz,1999) dijelaskan bahwa perkumpulan yang pertama adalah kaum Charter di Inggris tahun 1830-an dimana mereka memperjuangkan hak-hak demokratis bagi buruh, khususnya hak buruh untuk ikut dalam pemilihan umum untuk parlemen (hak pilih) namun gagal dan akhirnya kaum Charter ini bubar. Kaum buruh mulai mucul kembali karena pada tahun 1860-an terjadi polemic politik di Eropa yang diramaikan oleh perang saudara di Amerika serikat, pemberontakan di Polandia serta aksi-aksi Garibaldi untuk mempersatukan Italia. Pada tahun 1864,wakil kaum buruh Inggris dan Perancis mendirikan gerakan Asosiasi Buruh Internasional yang biasa dikenal dengan sebutan Internasionale I. disini, Karl Marx diminta untuk menuliskan angaran dasarnya. Pokok-pokok dari anggaran yang diminta oleh kaum buruh antara lain : a) pembebasan kelas buruh harus dilakukan atas usaha kaum buruh sendiri, b) bahwa tujuan dari usaha tersebut bukanlah untuk mendirikan kekuasaan lagi, melainkan untuk menghapuskan kekuasaan kelas atas kelas-kelas yang lain, c) ketergantungan buruh terhadap pemilik alat-alat produksi merupakan semacam perbudakan dan harus dihapuskan, d) perjuangan kaum buruh harus dijalankan secara internasional. (Suseno Franz,1999:209)
Namun aksi dari Internasioanle I gagal. Marx dan para wakil Jerman dan Inggris memperjuangkan pembentukan partai politik buruh dan perjuangan dalam parlemen. Hal ini berbeda dengan para wakil Rusia, Italia, dan Spanyol dimana mereka lebih mementingkan aksi-aksi revolusioner dan tarekat rahasia dan tidak menghendaki apabila kaum buruh duduk di parlemen. Tahun 1872 Marx berhasil mengeluarkan kaum anarkis dan memindahkan pusat Internasioanle I ke New York. Namun empat tahun kemudian gerakan ini bubar.
Khusus dalam kajian politik, marxisme memberikan analisis terhadap gejala kekuasaan , negara, dan perubahan politik. Sebagaimana dikatakan Franz Magnis-Suseno bahwa marxisme bukan hanya teori, melainkan juga ideologi perjuangan politis yang menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19dan dalam abad ke-20 mendasari kebanyakan gerakan nasional (Abu Bakar Ebyhara, 2010:371). Perkembangan Marxisme selanjutnya bermula dari muculnya Partai Sosial Demokrat Jerman dibawah pimpinan Lassalle dan Partai Sosialis Buruh Jerman pimpinan Bebel dan Liebknecht. Dimana Partai Sosialis Buruh Jerman ini lebih berorientasi pada ajaran Karl Marx. Pada tahun 1875 kedua organisasi itu menyatu menjadi Partai Buruh Sosialis Jerman di Gotha dan menyepakati sebuah kompromi antara Marxisme dan Lassalleanisme. Dalam musyawarah tahun 1891 di Erfurt, Partai Buruh mensahkan sebuah program partai baru yang terdiri atas dua bagian, yakni : bagian teoritis yang ditulis Kautsky seluruhnya mengikuti Marxisme ortodoks, sedangkan bagian yang ditulis oleh Bernstein membicarakan soal kebijakan sosial dan politik praktis. Partai ini juga secara resmi menamakan diri Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD). Dan seperti halnya SPD, kebanyakan partai buruh di Eropa memilih Marxisme sebagai ideology perjuangan mereka.
Pada tahun 1889 partai-partai sosialis dari masing-masing negara mendirikan sebuah Asosiasi Buruh Internasional Kedua yang dikenal dengan sebutan Internasionale II dengan sekretariatannya berada di Brussel. Sama seperti partai-partai di Benua Eropa, Internasioanle II mensahkan program yang bernada Marxis, kecuali Partai Buruh Inggris (Labour) yang tidak menganut Marxisme namun tetap ikut dalam Internasionale II. (Sesuno Franz,1999:221)
Sesudah berkahirnya gerakan Charter pada tahun 1840-an, kaum buruh Inggris tidak tertarik lagi pada politik. Kemudian baru pada tahun 1869 didirikan Kesatuan Serikat-serikat Buruh (Trades Union Congress) yang cenderung ke liberalism dan tidak tertarik pada sosialisme. Beberapa organisasi sosialis salah satu diantaranya Marxis, tidak bertahan lama. Sementara itu, Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD) menjadi partai Marxis terbesar di Eropa dan sikap teorits SPD dianggap normative bagi partai-partai sosialis-Marxis lainnya.
Dalam abad ke-20, Marxisme pecah dalam tiga cabang yang kemudian berkembang nyaris tanpa interaksi dan masing-masing menemukan nasibnya sendiri-sendiri. Pertama, komunisme yang oleh Wladimir Marxisme digunakan untuk mengembleng ideology partai komunis yaitu Marxisme-Leninisme yang menjadi dasar legitimatif sistem kekuasaan diktatoral paling kejam. Kedua, sosialisme-demokratis yang dirintis oleh Eduard Bernstein merupakan penolakan terhadap komunisme Lennin menempatkan sosialisme demokratis tersebut dengan tegas dalam cakupan mereka yang berkeyakinan demokartis. Sosialisme-demokratis memperjuangkan pembentukan negara sosial yang khas bagi kebanyakan negara di Eropa. Meskipun untuk sementara masih mempertahankan retorikan Marxis, sosialisme-demokratis secara substansial telah meningglakan sosialisme Marx sejak tahun 20-an abad ke-20. Ketiga, Neomarxisme dan Kiri Baru mencapai puncaknya pada tahun 1965 dan 1975 di universitas-universitas di Eropa. Karena lemahnya basis sosial dalam masyarakat, gerakan ini tidak dapat bertahan lama. Sebagian besar kembali ke “sistem”, sebagian kecil mengambil jalan terorisme dan kemudian dihancurkan pada akhir tahun 70-an dan 80-an, sedangkan sebagian cukup besar masuk ke dalam suatu gerakan lingkungan hidup. (Suseno Franz, 1999:254-255).

B.       Pendapat tokoh-tokoh dunia menganai perkembangan Paham Marxisme
Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial ( Lorens Bagus, 2000 : 572-575 ). Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masih telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu  dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.

Karl Marx     
Perspektif dari Karl Marx dimulai dengan suatu pengakuan yang sederhana, bahwa harus ada sistem produksi dan distribusi, agar manusia dapat bertahan dalam hidupnya. Manusia senantiasa memerlukan sandang, pangan, papan dan seterusnya. Akan tetapi manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan itu sendiri buktinya adalah mengenai kompleksitas produksi dan distribusi mobil pada masyarakat modern. Menurut Karl Marx, maka sistem produksi, untuk bagian terbesar ditentukan oleh taraf perkembangan teknologi dari suatu masyarakat. Hal itu menentukan, apakah warga masyarakat akan bekerja sebagai petani atau di pabrik – pabrik yang besar. Sistem ekonomi masyarakat akan menentukan, bagaimana hasil – hasil produksi akan di distribusikan dalam masyarakat. Karl Marx berprefensi, bahwa distribusi dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Menurut kapitalisme, maka distribusi dilakukan sesuai dengan kemampuan warga masyarakat untuk membayar. Pada masa pra industriil hal itu dilakukan sesuai dengan kewajiban – kewajiban kekerabatan, sedangkan pada masyarakat modern sesuai dengan pasaran yang bersifat unipersonal. Walaupun secara analistis sistem – sistem produksi dan distribusi dapat salin dibedakan, akan tetapi secara empiris sistem sistem itu saling berkaitan. Oleh karena itu, maka pabrik – pabrik besar (produksi), biasanya terkait dengan pasar – pasar yang bersifat unipersonal (distribusi). Karl Marx menganggap bahwa struktur dasar dari masyarakat ada di dalam hubungan – hubungan sosial yang menyangkut alat – alat produksi tersebut. Hubungan – hubungan tersebut dianggap sangat fundamental oleh karena dianggap sebagai faktor penentu bagi bentuk lembaga – lembaga lain maupun kesadaran warga masyarakat.
Karl Marx memberi tekanan pada kekauasaan dan oposisi sehingga dia menaruh perhatian pada lembaga – lembaga dan politik yang dianggapnya sebagai lembaga – lembaga yang melayani kebutuhan dari pemegang kekuasaan. Oleh karena itu maka pemusatan wewenang yang lemah pada masyarakat feodal, melayani kebutuhan tuan – tuan tanah, oleh karena tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan kekuasaan tuan tanah terhadap buruh tani. (Soerjono soekanto,  1982:181-182). Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari.
Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial. Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx.Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi). Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni: alienasi dari produk, dari aktivitas produksi, dari esensi-spesies kita, dan dari orang lain. Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut.Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga, alienasi dari esensi-spesies. Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya.Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja.Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
Ketimpangan hubungan ekonomi (determinisme ekonomi) bagi Marx telah menjadi faktor penting dalam menata struktur dan perubahan masyarakat. Tambahan mengenai mekanisme perubahan meliputi tiga fase (tesis, antitesis, dan sintesis) yang ia kutip dari Hegel, semakin menguatkan gagasannya mewujudkan masyarakat tanpa kelas, sebagai sebuah sintesis antara sistem feodal dan kapitalisme. Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya.Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis , komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.

Marxisme-Leninisme adalah suatu teori politik dan ekonomi yang dirumuskan Lenin dalam kerangka tafsirannya terhadap pemikiran Marx. Teori politik dan ekonomi ini nantinya akan menjadi ideologi yang mendasari semua partai komunis pada abad kedua puluh. Di dalam teori ini, Komunisme sendiri sebagai bagian dari Marxisme-Leninisme, adalah suatu paham yang menyatakan bahwa negara haruslah ditata berdasarkan pada kepemilikan kolektif (collective ownership) atas semua harta benda, dan pengaturan di dalam tata politik ini dilakukan oleh pemerintah yang juga bertanggungjawab pada kepentingan semua warganya. Lenin sendiri berpendapat, bahwa revolusi tidak akan secara niscaya datang. Kesadaran revolusioner kaum buruh pun tidak otomatis tumbuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah sebuah partai yang akan mendorong terciptanya kesadaran tersebut. Ada tidaknya revolusi sangat tergantung dari kehendak revolusioner, dan kehendak revolusioner tidak dapat otomatis ada, melainkan harus ‘diadakan’.Disitulah fungsi partai revolusioner.Dalam arti ini, revolusi adalah sesuatu yang dikehendaki, sesuatu yang harus secara aktif diperjuangkan.ini terdiri atas teori politik dan ekonomi sosialis yang dikembangkan dari Marxisme dan penafsiran pribadi Lenin terhadap teori Marxis yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat agraris di Kekaisaran Rusia.
Dalam praktik revolusi, Leninisme membalik urutan filosofi Marxis mengenai ekonomi di atas politik sehingga memungkinkan terjadinya revolusi politik yang dipimpin oleh partai pelindungrevolusioner daripada harus menunggu terjadinya revolusi kelas buruh di perkotaan secara spontan sebagaimana yang dinyatakan dalam Marxisme.Lenin meletakkan dasar politik yang hanya bisa dibayangkan oleh Karl Marx seorang. Ide Lenin tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting ketimbang politik ekonominya.Ciri terpokok pemerintahan Soviet bukanlah di bidang politik ekonominya (banyak pemerintahan sosialis di banyak negeri) tetapi ciri pokoknya lebih terletak pada teknik mempertahankan kekuasaan politik untuk jangka waktu tak terbatas. Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting sejarah.

Georg Lukacs
Lukacs memulai dengan konsep komoditi Marxian yang ia akui sebagai sebuah masalah struktural penting dalam masyarakat kapitalis. Komoditi yang mereka yakini berbentuk barang dan berkembang menjadi objek itu menjadi basis hubungan antarindividu.Dalam masyarakat kapitalis, interaksi manusia dengan alam menghasilkan berbagai macam produk atau komoditi (misalnya roti, mobil, film).Tetapi, manusia cenderung tak mampu melihat fakta bahwa merekalah sebenarnya yang menghasilkan komoditi itu dan memberikan nilai.
Konsep Marx tentang pemujaan mutlak komoditi ini menjadi basis dari konsep reifikasi Lukacs.Perbedaan penting antara pemujaan mutlak komoditi (Marx) dan konsep reifikasi Lukacs terletak pada keluasan kedua konsep itu.Pemujaan mutlak komoditi terbatas penerapannya pada lembaga ekonomi saja.Sedangkan konsep reifikasi diterapkan oleh Lukacs terhadap seluruh masyarakat, negara, hukum, dan sektor ekonomi.Konsep ini dapat diterapkan secara dinamis dalam semua masyarakat kapitalis.Orang menjadi yakin bahwa struktur sosial mempunyai kehidupannya sendiri dan akibatnya orang meyakini bahwa struktur itu mempunyai ciri objektif. Proses ini dilukiskan Lukacs demikian:
Sumbangan besar kedua Georg Lukacs adalah karyanya tentang kesadaran kelas, yang mengacu kepada sistem keyakinan yang dianut oleh orang yang menduduki posisi kelas yang sama dalam masyarakat. Kesadaran kelas bukan rerata atau penjumlahan kesadaran individual; kesadaran kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersama menempati posisi serupa dalam sistem produksi.Pandangan ini mengarah ke pemusatan perhatian terhadap kesadaran kelas borjuis, dan terutama kelas proletariat. Menurut Lukacs, terdapat hubungan yang nyata antara posisi ekonomi objektif, kesadaran kelas, dan pemikiran psikologis riil orang mengenai kehidupan nyata mereka. Konsep kesadaran kelas, setidaknya dalam sistem kapitalis, secara tersirat menyatakan keadaan sebelumnya, yang dikenal sebagai kesadaran palsu.Artinya, kelas-kelas dalam masyarakat kapitalis umumnya tidak menyadari kepentingan kelas mereka yang sebenarnya.Contoh, hingga tahap revolusioner, anggota kelas proletariat belum menyadari sepenuhnya sifat dan tingkat pemerasan yang mereka alami dalam sistem kapitalisme.
Kemampuan untuk mencapai kesadaran kelas adalah khusus untuk masyarakat kapitalis.Dalam masyarakat prakapitalis, berbagai faktor mencegah perkembangan kesadaran kelas.Pertama, negara terlepas dari ekonomi, memengaruhi strata sosial.Kedua, kesadaran mengenai status (prestise) cenderung menutupi kesadaran kelas (ekonomi).basis ekonomi kapitalisme makin jelas dan makin sederhana. Orang mungkin tak menyadari pengaruhnya, tetapi mereka sekurang-kurangnya menyadari ketaksadaran mereka.Pada tahap ini masyarakat berubah menjadi arena pertarungan ideologi antara pihak yang berupaya menyembunyikan ciri masyarakat yang berkelas dan pihak yang berupaya menampakkannya.
Berdasarkan kriteria kesadaran kelas ini, Lukacs membandingkan berbagai jenis kelas dalam masyarakat kapitalisme.Menurutnya borjuis kecil dan petani tak dapat mengembangkan kesadaran kelas karena posisi struktural mereka dalam kapitalisme bersifat mendua.Karena kedua kelas ini mencerminkan sistem masyarakat di zaman feodal maka mereka tak mampu mengembangkan pemahaman yang jelas mengenai sifat dasar kapitalisme.Borjuis dapat mengembangkan kesadaran kelas, tetapi sebaliknya mereka memahami perkembangan kapitalisme sebagai sesuatu yang bersifat eksternal, tunduk kepada hukum objektif yang hanya dapat dialami secara pasif. Lukacs memusatkan pada hubungan dialektika antara struktur (terutama ekonomi) kapitalisme, sistem gagasan (terutama kesadaran kelas), pemikiran individual, dan akhirnya tindakan individual.Perspektif teoritisinya menyediakan jawaban penting antara pemikiran determinan ekonomi dan Marxis yang lebih modern.

Antonio Gramsci
Seorang Marxis Italia, juga berperan penting dalam fase transisi dari determinisme ekonomi ke pemikiran Marxian yang lebih modern. meski Gramsci menyadari pentingnya peran faktor struktural terutama ekonomi, bahwa faktor struktural itu mendorong massa untuk berevolusi. Massa mengembangkan ideologi revolusioner, tetapi mereka tidak akan mampu mengembangkannya sendiri. Gramsci mengemukakan cara berpikir yang agak Gagasan revolusioner menurutnya dibangkitkan oleh intelektual, kemudian dikembangkan kepada massa dan massa itulah yang akan melaksanakannya. Mssa tak mampu membangkitkan gagasan seperti itu, tetapi mereka mampu menghayatinya dan segera setelah gagasan itu muncul ia akan menjadi satu-satunnya keyakinan mereka.Seperti Lukacs, Gramsci lebih memusatkan perhatian pada gagasan kolektif ketimbang pada struktur sosial seperti ekonomi, dan keduanya beroperasi menurut teori Marxian tradisional.
Konsep sentral Gramsci adalah hegemoni. Menurut Gramsci, unsur esensial filsafat paling modern tentang praksis (menghubungkan pemikiran dan tindakan) adalah konsep filsafat sejarah tentang hegemoni. Gramsci mendefinisikan hegemoni sebagai kepemimpinan kultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa.Ia membedakan hegemoni dari penggunaan paksaan yang digunakan oleh kekuasaan legislatif atau eksekutif atau yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan. Meski ekonom Marxis cenderung menekankan aspek ekonomi dan aspek penggunaan kekuasaan dominasi negara, Gramsci menekankan pada hegemoni dan kepemimpinan kultural.Gramsci ingin mengetahui bagaimana cara beberapa pemikir bekerja deiru kepentingan kapitalis, mencapai kepemimpinan kultural dan persetujuan massa.
Konsep hegemoni tak hanya dapat membantu kita untuk memahami dominasi dalam kapitalisme, tetapi juga membantu mengorientasikan pemikiran Gramsci tentang revolusi.Yakni, revolusi belum cukup untuk mendapatkan pengendalian atas ekonomi dan aparatur negara; masih perlu mendapatkan kepemimpinan kultural atas aspek masyarakat lainnya.Di sinilah Gramsci melihat peran kunci intelektual komunis dan partai komunis.

Hegel
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel.  Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:
  • Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
  • Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
  • Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
  • Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
  • Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
  • Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
  • Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
  • Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
  • Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.
  • Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal.  Akan tetapi, merupakan sebuah masayrakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah. (Bryan Magee, 2008 : 164-171)
C.      Dampak Paham Marxisme bila diterapkan di Indonesia
Benih-benih Marxisme  datang dari luar negeri dan mulai ditanamkan pada masa di bumi Indonesia pada masa sebelum Perang Dunia I, yaitu dengan datangnya seorang pemimpin buruh negeri Belanda bernama H.J.F.M Sneevlit. Ia adalah seorang anggota dari Social Democratiesche Arbeiderspartij (SDAP) atau Partai Buruh Nasional Demokrat (Pusponegoro dan Notosusanto 2010:356).
Karena kaum radikal ini masih tergolong aliran baru, para pengikutnyapun masih sedikit, Sneevlit dan kawan-kawan merasa kalau Indische Sosiaal-Democratiesche Vereninging (ISDV) tidak akan bisa berkembang, oleh karena itu cara yang lebih efektif untuk mengembangkan faham ini adalah dengan menyusup di organisasi yang lebih besar (dalam hal ini adalah SDI). Dalam perkembangannya SI berhasil dipengaruhi oleh ajaran Marxsisme (walau hanya sebagian), aksi penyusupan ini tanpa diketahui oleh pejabat Hindia Belanda karena pada waktu itu belum ada undang-undang yang mengatakan kalau seseorang hanya boleh berada di satu organisasi sosial saja.
Berbeda dengan partai lainnya, kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan melua secara horizonal, sehingga SI merupakan organisasi massa yang pertama di Indonesia yang antara tahun 1917-1920 sangat terasa pengaruhnya dalam politik di Indonesia. Corak demokratis dan kesiapan untuk berjuang yang mendekati beberapa cabang SI dan para pemimpinnya kepada ajaran Marx. Terutama dibawah Semaun dan Darsono yang merupakan peopor yang menggunakan senjata dalam perjuangan melawan imperialisme yang merupakan ajaran dari Karl Marx (Pusponegoro dan Notosusanto 2010:344).
Dua perubahan, dua guncangan besar : Marxisme adalah harapan dan keyakinan penting selama kurang lebih satu setengah abad, sesuatu yang demikian jelas, tegas, memuaku dan menularkan inspirasi. Tapi Marxisme juga bentuknya yang dicobadalam satu transformasi sosial ternyata dengan cepat merapuh. Selama beberapa tahun terakhir ia telah didiskreditkan secara luas dan hampir seluruh dunia tidak terdengar lagi rencana Marxis untuk mengubah dunia. Yang tersisa adalah menerangkan dunia terutama di jurnal-jurnal pemikiran dan semina-seminar ketika politik sayap kiri merosot, atau mengalami perubahan diri di berbagai penjuru (Mohammad  2001:170).
Indonesia tidak akan pernah menerima segala macam bentuk  berbau liberalisme, kapitalisme, dan imperialisme. Yang mana dalam ideologi marxisme, sangatlah menolak segala sesuatu yang bisa menimbulkan perbudakan bagi kaum buruh, menurut Karl Kautsky marxisme ini bisa diartikan adalah ideologi perjuangan bagi kaum buruh. Dan jika marxisme diterapkan di Indonesia tentulah akan berdampak pada masyarakat Indonesia khususnya bagi kaum buruh, dimana buruh akan menuntut persamaan baik dalam upah kerja, hak untuk berpolitik ataupun berpendapat di forum nasional. Masyarakat Indonesia akan bekerja menurut kemampuannya dan memperoleh keperluan hidup untuk kebutuhannya sendiri. Indonesia akan menjadi negara yang menganut sosialisme, jika Indonesia menganut sosialisme maka yang terjadi adalah terbatasnya hak kepemilikan ataupun kekuasaan perseorangan yang bisa dikatakan juga sebagai kaum borjuis yang berkuasa. Marx dan Engels berpendapat bahwa cara untuk mengakhiri masyarakat antar kelas adalah dengan menggulingkan kaum borjuis.
Dalam konteks sejarah pergerakan kedangsaan Indonesia, gerakan-gerakan politik yang memiliki watak revolusioner (radikal) bisa dikatakan kiri dan para aktivisnya disebut kaum kiri. Dalam dekade 1920-an hal ini tampak pada Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Partai Nasionalis Indonesia (PNI), karena keduanya tidak sekedar menuntut perbaikan rakyat, tetapi penegakan kedaulatan rakyat melalui kemerdekaan. Meskipun menempuh cara-cara perjuangan yang berbeda, keduanya sama-sama antikolonialis dan berorientasikan pada cita-cita sosialosme Indonesia. Sedangkan dalam dekade 1930-an , pemberontakan pasca PKI 1926-1927 yang gagal total dan pasca penangkapan Soekarno 1929, gerakan kiri tampak pada kelompok-kelompok non-kooperasi, misalnya Gerindo, Partindo dan PARI. Namun melemahnya partai-partai kiri ini menyebabkan partai kanan yang bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda seperti Parindra menjadi suara utama dalam pergerakan nasional (Budiawan 2010:263).
Ketika Pemerintahan Republik Indonesia menganjurkan pendirian partai-partai, Mr. Jusuf menggunakan kesempatan ini untuk membangun kembali PKI secara legal pada 21 Oktober 1945. Selain mendirikan PKI secara legal, kader-kader komunis juga mendirikan Partai Sosialis dan Partai Buruh. Dalam ketida partai yang berlandaskan Marxisme ini, garis yang diambil kira-kira sama. Demikian pula dengan organisasi pemuda, buruh, tai, laskar dan gerakan-gerakan massa lain dapat mendukung cita-cita kaum komunis ke masyarakat (Budiawan 2010:264).
Untuk mewujudkan cita-cita ini dibutuhkan kader-kader pelaksana yang bukan hanya terlatih secara teknis keorganisasian, tetapi juga bervisi revolusioner progresif. Pada waktu itu para tokoh kiri memang merasakan adanya kelemahan yang serius di kalangan para kader. Secara kecil-kecilan pendidikan kader-kader Marxis memang telah dimulai di Madiun, Jawa Timur di bawah kepemimpinan  Moewaldi dan Abdul Rahman. Akhirnya pendidikan kader-kader Marxis itu direorganisasikan secara sistematis dengan memberikan mpondokan. Dari sisnilah muncul “Marx House”, sebuah pusat pelatihan politik berasrama yang didirikan di Podokan, Yogyakarta pada awal 1946 (Budiawan 2010:264-265).
Presiden pertama Republik Indonesia sendiri tertarik kepada Marxisme, yang pertama kali menarik perhatian Soekarno adalah janji yang ditawarkan oleh dialektikanya tentang kemenangan bagi kaum tertindas dalam perjuangan melawan kapitalisme. Bahwa kondisi-kondisi produksi harus diperhitungkan sebagai suatu hipotesis yang tidak dapat diubah, tidak dihiraukannya. Ia menafsirkan kembali teorai-teori Marxis sedemikian rupa sehingga seseuai dengan hasratnya untuk mengikut sertakan semua golongan (Dahm dalam Suwarno 1993:96).
Pencarian ideologi masa pergerakan kemerdekaan menjadikan rakyatnya mudah terpengaruh untuk mencoba berbagai paham, diantaranya adalah Marxisme itu sendiri, ini jugalah yang menjadikan Ir. Soekarno mengembangkan paham Marxisme yang diadaptasi ke Indonesia menjadi Marhaenisme, suatu paham yang bersumber dari kaum proletar (kaum pekerja). Industrialisasi yang masih berbasis perkebunan di Indonesia sendiri lebih mencondongkan Soekarno untuk meniru Mao Che Tung dengan Maoismenya, karena kebanyakan Indonesia adalah petani atau pekerja perkebunan. Paham Marx yang dibawa oleh Sneevlit sendiri pada awalnya diikuti oleh pekerja buruh kereta api yang saat itu di Hindia Belanda sudah ada perkumpulan buruh kereta api, tapi organisasi ini mati ditengah jalan karena kurangnya keaktifan dari para buruh kereta api Belanda ini.

PENUTUP
Kesimpulan
Marxisme merupakan sebuah paham yang dibawa oleh Karl Marx. Karl Marx telah menyusun sebuah teori yang sangat besar dan meliputi aspek sistem sosial, ekonomi, dan politik. Para pengikut paham marxisme ini diseluruh dunia disebut dengan Marxis. Marxisme adalah teori untuk seluruh kelas buruh secara utuh. Munculnya Marxisme ini berawal dari adanya organisasi-organisasi pada abad ke-19 yang mana sosialisme terbatas hanya pada kelompok-kelompok, serikat rahasia, dan sekte yang berpusat di Perancis. Kelompok-kelompok ini terbatasanya hanya pada sosok seorang pemimpin atau bapak rohani seperti halnya kaum Saint-Simonis di Perancis dan para pengikut Owen di Inggris. Indonesia tidak akan pernah menerima segala macam bentuk  berbau liberalisme, kapitalisme, dan imperialisme. Yang mana dalam ideologi marxisme, sangatlah menolak segala sesuatu yang bisa menimbulkan perbudakan bagi kaum buruh


DAFTAR RUJUKAN
Bagus, Loren. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budiawan. (Ed). 2010. Kota-Kota Di Jawa : Identitas, Gaya Hidup Dan Permasalahan Sosial. Yogyakarta:penerbit Ombak.
Ebyhara, Abu Bakar. 2010. Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Iskandar, Pranoto. 2011. Memahami Hukum di Indonesia: Sebuah Korelasi Antara Politik, Filsafatdan Globalisasi. Cianjur: IMR Press.
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius.
Mohammad, Gunawan. 2001. Setelah Revolusi Tidak Ada Lagi. Jakarta: Pustaka Alvabet
Pusponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 2010. Sejarah Nasional Indonesia V : Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekanto, Soerjono. 1982.  TEORI SOSIOLOGI : Tentang pribadi dalam masyarakat. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Soekarno, Ir. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media Pressindo.

Supangkat, Jim. 2006. Ikatan Silang Budaya: Seni Serat Biranul Anas. Jakarta: Art Fabrica.

Suseno, Franz M. 1999. Pemikiran Karl Marx. jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia : Peneliti Pancasila Dengan Pendekatan Sosio-Historis Kenegaraan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

15 komentar:

  1. menurut anda apakah marxisme ini terbukti mampu dalam meruntuhkan kapitalisme atau tidak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk pertanyaan saudari Anisa Ayu Intan akan coba saya jawab. Disini Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengorbankan kaum proletar untuk menjadi kaya. Kaum Proletar disini yaitu kaum buruh. Dengan Mereka tidak pernah memperdulikan keadaan kaum proletar yang sangat memprihatinkan. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya kepemilikan pribadi dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Sebenarnya pada masa Karl marx masih hidup sudah ada yang meramalkan akan kebangkrutan pemikiran marxisme nantinya, Sudah terjadi pro dan kontra didalamnya. Namun selain ada yang kontra, ada pula para pembela pemikiran ini. Mereka ada yang beranggapan bahwa marxisme sebagai harapan kesejahteraan dan keadilan umat manusia di masa yang akan datang, Sampai saat ini pun masih terdapat perdebatan antara masalah tersebut. Keunggulan konsep pasar bebas kapitalisme dapat dapat juga berakibat keserakahan. Jika dilihat Indonesia pada zaman kepemimpinan orde baru justru pemimpin kita anti terhadap paham marxisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa marxisme belum sepenuhnya mampu meruntuhkan kapitalisme. Terbukti sekarang ini angka buruh semakin tinggi dan banyaknya penguasaan ekonomi di Indonesia dikuasai oleh perusahaan swasta yang milik pribadi. terimakasih,,,

      Hapus
    2. terima kasih saudari anggi atas jawabanyaa... :)

      Hapus
  2. Saya hanya ingin tahu lebih lanjut, tolong beri penjelasan mengenai kalimat dalam artikel kelompok Anda yang berbunyi: jika Indonesia menganut sosialisme maka yang terjadi adalah terbatasnya hak kepemilikan ataupun kekuasaan perseorangan yang bisa dikatakan juga sebagai kaum borjuis yang berkuasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaan dari saudari ulqi. Saya akan mencoba menjawabnya. Seperti ini. Sosialisme dalam ekonomi di Indonesia dapat diartikan sebagai berikut yaitu semua aspek ekonomi dianggap sebagai milik bersama, tapi bukan berrarti harus dimiliki secara sepanuhnya secara bersama, semua aspek ekonomi boleh dimiliki secara pribadi masing-masing, dengan syarat boleh digunakan secara Sosialis, mirip dengan gotong-royong sebenarnya. sedangkan kaum borjuis adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Dengan steatment tersebut kami beranggapan bahwa ketika muncul sosialisme yaitu dengan kepemilikan perseorangan yang dapat digunakan secara bersama akan menimbulkan negara ini hanya dikuasai oleh para pedagang yang kaya, sehingga kaum buruh akan semakin tertindas keberadannya dengan demikian yang kaya akan semakin kaya, dan yang kekurangan akan semakin menderita karena mereka tidak memiliki uang untuk memiliki sesuatu, mereka hanya bisa bergantung pada pihak yang berkuasa. terimakasih...

      Hapus
  3. apakah marxisme ini ada kaitannya dengan sosialisme? kalau ada, tolong jelaskan.
    terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya sosialisme dan marxisme ada kaitannya. Sosialisme adalah pemikiran yang terbentuk sebagai jawaban atas Kapitalisme yang pada akhirnya seringkali Sosialisme menciptakan paham-paham baru lainnya. Salah satu cabang sosialisme itu adalah Sosialisme Marx atau Marxisme. Maka marxisme adalah sosialisme, tetapi tidak setiap sosialisme adalah marxisme”.Karl Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah “sosialisme ilmiah” (marxisme). Yang membedakan sosialisme Marx dari sosialisme yang lain adalah, dalam pandangan Marx, bahwa ia berdasarkan pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan datang karena dinilai baik atau karena kapitalis dinilai jahat, melainkan karena kalau syarat-syarat objektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi.
      Sosialisme ilmiah adalah salah satu cabang sosialisme yang memandang bahwa sosialisme tidaklah dapat dibangun di ruang hampa. Sosialisme adalah penerus kapitalisme, dalam arti sosialisme akan menggantikan kapitalisme sebagai cara hidup. Karena sosialisme adalah penerus kapitalisme, ia akan membangun dirinya dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai kapitalisme. Karena sekalipun dicapai dengan mengorbankan rakyat banyak, tak dapat disangkal bahwa kapitalisme menghasilkan berbagai kemajuan. Sosialisme ilmiah tidak menolak kemajuan ini, melainkan akan merangkulnya, memberinya arah baru sehingga bermanfaat bagi khalayak ramai, dan mengaturnya secara demokratis, di mana semua orang (laki-laki dan perempuan) berhak bersumbang saran dan bahu-membahu demi kemajuan bersama.
      Sosialisme ilmiah juga menganggap bahwa kemajuan ilmu pengetahuan adalah cara terbaik untuk melatih kelas pekerja dan rakyat pekerja lainnya agar mampu merebut dan mengendalikan kekuasaan. Kelas pekerja dan rakyat pekerja pada umumnya harus menguasai ilmu pengetahuan modern, mampu menggunakan analisa dan teknik modern untuk memecahkan masalah serta meninggalkan tradisi lama yang menghambat kemajuan, kesetaraan, keadilan. Dengan demikian, kelas pekerja tidak akan lagi menjadi warganegara kelas dua, yang hanya memiliki otot tapi tidak punya otak. Seperti anggapan para penguasa.
      Sosialisme bukan sekedar panggilan moral melainkan sebuah seruan agar rakyat pekerja memegang sendiri kekuasaan secara ekonomi dan politik. Sosialisme yang diinginkan adalah sistem masyarakat di mana rakyat pekerja, mereka yang tidak memiliki modal dan harus menjual tenaganya agar dapat hidup, memegang kendali atas hidup mereka sendiri. Secara praktek, hal ini dapat diwujudkan jika rakyat pekerja memegang kekuasaan atas negara, dengan demikian, segala alat dan sumberdaya yang ada pada negara akan dapat digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat pekerja.

      mungkin dari teman2 ada yang menyangkal atau menambahkan atau mengomentari pendapat saya silahkan yaaa :)

      Hapus
    2. Jadi, pd intinya, marxis ini sosialis ala Marx. Gitu ya.

      Hapus
    3. Mencoba memahami dari penjelasan Saudari Intan, Saya berpendapat bahwa, jika Marxisme ada kaitannya dengan Sosialisme dan terlebih lagi Marxisme adalah salah satu cabang dari Sosialisme sehubungan dengan munculnya faham baru dari Sosialisme, berarti bisa dikatakan Marxisme merupakan Sosialisme, tetapi Sosialisme tidak harus Marxisme...

      Hapus
    4. terima kasih saudari ulqi telah menambahkan..
      untuk saudari desinta iya marxis ini sosialis ala marx, . :)

      Hapus
    5. oke oke, saya rasa cukup penjelasannya.
      terima kasih.

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Monggo jika ada yang ingin bertanya lagi,, mari kita diskusi...

    BalasHapus
  6. Diskusi ditutup. Terimakasih

    BalasHapus
  7. Mau tanya..
    Mengapa negara indonesia tidak cocok menerapkan ideologi marxisme..??

    BalasHapus