PERKEMBANGAN
PEMIKIRAN SOSIALISME
DI
DUNIA DAN INDONESIA TAHUN 1830-1920
Oleh:
Anisa Ayu
Intan Fatimah
Ulqiatus
Zahra
Agiasti
Maulidya B
Benekditus
Kayus
Ardo Redhis Satta
Nor Kholis
Ardo Redhis Satta
Nor Kholis
Abstrak:
Sosialisme adalah pemikiran yang terbentuk sebagai jawaban atas Kapitalisme.
Sosialisme juga merupakan paham yang sangat besar di dunia. Meskipun pada
akhirnya seringkali Sosialisme menciptakan paham-paham baru lainnya. Revolusi-revolusi
besar di dunia banyak dipengaruhi oleh Sosialisme. Perkembangan yang terjadi
juga terdapat di Indonesia. Banyak bidang yang dipengaruhi oleh Sosialisme di
Indonesia. Mulai dari politik hingga ekonomi, yang berkembang ketika era
pergerakan hingga sekarang. Di Indonesia sendiri kemudian memunculkan
paham-paham baru seperti Komunisme dan Marhaenisme.
Kata Kunci:
Sosialisme, Indonesia, Pemikiran, Robert Owen
Pendahuluan
Sosialisme
sebagai kekuatan besar baru lahir dalam revolusi industri yang muncul dalam
gerakan protes. Sebagai filsafat politik, ia timbul dengan melepaskan diri dari
sistem ekonomi kapitalisme yang mendukung
liberalisme. Kapitalisme abad 19 adalah ekploitasi kasar dan persaingan
tanpa batas. Ketidakpuasan dan pergolakan sosial yang ditimbulkan tercermin
dalam golongan Sosialisme Utopis dan Marxisme. Awal kemunculan sosialisme abad
ke 19 dinamakan Sosialisme Utopis yaitu sosialisme yang didasarkan pandangan
kemanusiaan (Ii umanitarianisme) dan meyakini kesempurnaan watak
manusia. Penganut faham ini bercita-cita menciptakan masyarakat sosialis dengan
jalan damai tanpa kekerasan atau revolusi. Kaum miskin (proletariat) sebagai
kelompok tertindas merupakan kelas yang mengembangkan gerakan pembebasan dari
ketertindasan ekonomi maupun pilitik.
Selanjutnya
Sosialisme berkembang bahkan dengan dijadikannya sebagai sebuah ideology di
dunia. Menurut Hewitt (1992:45) bahwa elastisitas ideologi terlihat tidak
hanya dalam koherensi atau
sekalipun, tetapi dalam konteks hubungan sosial dan politik. Ideologi merupakan relasi
dan pengalaman atau kebutuhan yang memungkinkan bentuk-bentuk khusus dari akomodasi dan fleksibilitas.
Sifat dari Sosialisme yang bisa digunakan oleh siapapun dan pada kenyataannya
penggeraknya adalah golongan buruh dan orang bawah, maka cepatlah pengaruh
Sosialisme ini terhadap masyarakat di dunia. Ini juga sebagai tanggapan akan
Kapitalisme yang menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat. Sedangkan bisa
dilihat bahwa Sosialisme memperjuangkan kelas masyarakat.
Sedangkan
menurut Gorz (1994: 41) bahwa “For me, socialism is a society which evolves in
such a way as to create growing spaces for the development of individuals in
the fields of material civilization, work, the environment and consumption”.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Sosialisme merupakan masyarakat yang
berkembang sedemikian rupa untuk menciptakan ruang tumbuh untuk pengembangan
individu dalam bidang peradaban material, pekerjaan, lingkungan dan konsumsi.
Perkembangan Sosialisme
sebagai salah satu paham yang besar di dunia, juga mempengaruhi banyak bidang
di Indonesia. Sebagai salah satu Negara yang pernah dijajah, Indonesia
merupakan salah satu Negara yang akan sangat subur dalam pengembangan
Sosialisme. Banyak hal dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia yang
diilhami dari Sosialisme. Bahkan sampai sekarang pun masih banyak hal-hal yang
berbau Sosialisme di Indonesia sehubungan dengan pemikiran bangsa Indonesia
sendiri. Tidak dipungkiri bahwa Sosialisme ini sedikit banyak juga dilakukan
prakteknya dalam pelaksanaan ideology negara kita.
Pembahasan
Sejarah
Lahirnya Sosialisme
Secara etimologi
Sosialisme (sosialism) yaitu berasal dari bahasa Perancis. Sosialisme sendiri
berasal dari kata social yang berarti
kemasyarakatan. Konsep dasar dari sosialisme sebenarnya telah dikembangkan oleh
Plato dalam bukunya republikca. Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak
mempunyai kekayaan pribadi, semua yang dimiliki negara baik itu hasil produksi
maupun konsumsi dibagikan dengan rata kesemua rakyat yang ada di negara
tersebut (Willian Ebenstein, dkk, 1990: 221) Kekuasaan yang bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam konsep Plato tersebut.
Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari pemikiran atas lahirnya paham
sosialisme di Eropa kala itu.
Istilah
sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Robert Own, adalah
orang pertama yang menggunakan kata sosialisme dan dikenal sebagai pelopor
sosialisme di Inggris (Henry, 2002: 511). Dia adalah seorang pengusaha kapas
yang kaya raya yang mengawali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko. Pemikirannya
tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay
on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan
bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia
berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
Robert Own
mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka kepada para
buruh miskin dengan membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang dilengkapi
dengan unit industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang
kebutuhan sehari-hari mereka. Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh
lebih mandiri dan tidak bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai
perindustrian.
Tokoh-tokoh yang
merupakan perintis Sosialis selain Robert Own yaitu terdapat Karl Heinrich
Marx, St Simon, dan Thomas Moore. Karl Heinrich Marx menciptakan sosialisme
yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara
radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan
bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari
peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa
penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme
semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu
senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negaranegara Asia –
Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme. Sedangkan St.
Simon merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan
perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Dan
Thomas Moore adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan
reaksi dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara
dengan tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak
memiliki tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
Umumnya sosialisme
itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang
berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar
produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan
atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani
kebutuhan masyarakat.
Sosialisme
muncul karena reaksi terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19. Tahun
1750-1840 di Eropa terjadi revolusi industri yang diawali oleh Inggris, ditandai
dengan perubahan dari produksi yang dulunya dikerjakan dengan tangan manusia
menjadi dikerjakan dengan mesin-mesin (Dellier, 1999: 188). Akibat dari
revolusi industri ini adalah munculnya industri besar-besaran, lahirnya
kelompok borjuis dan buruh, urbanisasi dan lahirnya kapitalisme modern. Dampak
paling mencolok dari revolusi industri ini adalah kesenjangan antara kaum buruh
dan kaum borjuis. Nasib mereka tidak dipedulikan oleh majikannya, mereka harus
hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan. Mereka diekploitasi, jam
kerja mereka dalam sehari bisa lebih dari 12 jam (Willian Ebenstein,dkk, 1990:
117). Revolusi sosial yang meletus di
Inggris pada awal abad ke-19 ini akhirnya melahirkan sebuah paham baru yang
mengusahakan industri di suatu negara tidak hanya dikuasai oleh individu tetapi
juga harus ada ikut campur dari negara sehingga lebih demokratis dan bermanfaat
untuk kesejahteraan masyarakat seluruhnya (Firdaus, 2007: 268). Paham inilah
yang kini dikenal dengan sosialime.
Sosialisme
muncul di Eropa sebagai sebuah gerakan protes terhadap ekonomi kapitalis.
Mereka menuntut reformasi secara sosial dan ekonomi sehingga tidak ada lagi
kelas sosial dan penguasaan ekonomi liberal yang hanya menguntungkan
individu-individu pemilik modal. Francois Babeuf, seorang penulis perancis abad
ke-19, berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan
diatas bumi (Henry, 2002: 510). Pendapat ini memperkuat bahwa pada dasarnya
tidak ada kelompok pemiliki modal dan kelompok buruh yang terpisah dalam kelas-kelas
sosial seperti yang terjadi pasca revolusi industri. Bahkan pendaat yang lebih
ekstrim dikemukakakn oleh Henri Saint Simon yang mengusulkan penghapusan hak
waris sehingga mengharuskan setiap orang untuk bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Jadi, Sosialisme pada hakikatnya berasal dari gejolak dalam
diri manusia yang melahirkan kepercayaan
bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi harus diusahakan untuk
melenyapkannya (Dellier, 1999: 188).
Menurut W. Surya
Indra dalam bukunya Miriam Budiarjo (1981: 75) menyebutkan bahwa sosialisme
adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat
menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata.
George Lansbury, melalui bukunya My England yang dikutip Willian Ebenstein
(1990: 220) menyebutkan bahwa sosialisme berarti cinta kasih, kerjasama, dan
persaudaraan dalam setiap masalah kemanusiaan. Pemikiran Lansbury tentang
sosialisme ini tidak bisa dilepaskan dari kekuatan agama kristen yang telah mendarah
daging di masyarakat Eropa. Bagi masyarakat Eropa abad pertengahan, gereja
adalah salah satu vasal yang amat kaya yang menguasai banyak harta dan tanah
garapan. Semua hasil dari kekayaan gereja ini digunakan untuk memakmurkan
gereja dan umat yang bernaung dibawahnya sehingga gereja tidak memiliki musuh
tetapi sekutu dan pengikut yang setia.
Tujuan
Sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan
mengendalikan secara kolektif sarana-sarana produksi dan memperluas tanggung
jawab negara bagi kesejahteraan rakyat. Prinsip pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Kebebasan
individu/hak sipil dijamin dan dilindungi oleh pemerintah
2. Jaminan
keamanan ekonomi bagi semua warga melalui sistem kesejahteraan
3. Mencapai
kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dengan jalan peningkatan
pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial
4. Semua
keputusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan sosial harus mendapat persetujuan
para warga melalui partisipasi mereka dengan aktif
5. Semua
sarana yang melayani keperluan masyarakat umum ada ditangan negara
6. Tujuan
dicapai secara demokratis, berangsur-angsur, revolusioner, etis konstitusional,
dan damai
7. Membayar
kompensasi kepada masyarakat dalam periode peralihan menuju masyarakat
persemakmuran sosial
Perkembangan
paham sosialisme pada era-era selanjutnya mempunyai pola yang unik tergantung
pada keadaan dimana paham itu berkembang. Pada dasarnya sosialisme yang murni
sosialisme dapat berkembang dengan baik di negara-negara dimana tradisi lembaga
liberal berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang kuat. Pendapat ini
dikemukakan oleh Thomas Moore, seorang sosialis utopis, berdasarkan
pengamatannya pada fenomena yang ada di negara-negara kapitalis di Eropa Barat.
Sedangkan sosialisme yang berkembang di negara yang tidak mempunyai tradisi
liberal yang kuat, paham ini akan bermetamorfosa menjadi fasisme seperti yang
terjadi di Italia.
Dalam
perkembangannya, banyak jenis aliran sosialisme yang berkembang di seluruh
dunia. Namun pada umumnya paham
sosialisme yang berkembang itu masih mempunyai kesamaan dalam tuntutan mereka
dalam hal kepemilikan dan kontrol bersama terhadap beberapa alat produksi
tertentu yang dianggap menyangkut hajat hiduap orang banyak. Perbedaan dari
paham-paham sosialisme yang ada biasanya menyangkut hal-hala dasar, seperti:
1. Tingkat
dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol bersama terhadap miliki itu dijalankan.
2. Doktrin
ideologis dan filsofis yang menjadi dasar program-programnya,
3. Cara-cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka.
(Henry, 2002: 510)
Dari sekian
banyak jenis sosialisme yang berkembang, terdapat dua jenis sosialisme yang
berkembang pesat di dunia dan mewarnai
perjalanan panjang sejarah umat manusia, yaitu sosialis-demokratis dan
sosialis-komunis. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan dari sosialisme itu sendiri, yaitu mewujudkan masyarakat
sosialis. Perbedaan juga kan tampak dari kehidupan ditempat paham itu
diterapkan.
Paham
sosialism-komunis pada dasarnya lebih radikal dibanding sosialism-demokratis.
Sosialisme aliran ini menggunakan metode revolusioner dan totaliter. Penganut
aliran ini memilih jalan revolusi untuk mencapai cita-cita mereka, menciptakan
masyaraat sosialistis. Pendistribusian dan konsumsi didasarkan pada
kebutuhannya, sedangkan hak milik perseorangan dalam paham ini tidak diakui.
Semua dikuasai dan hak milik atas nama negara. Paham ini masih kuat dipengaruhi
oleh filsafat Marxis. Biasanya negara yang menganut paham ini mempunyai
pemerintahan yang otoriter seperti yang terjadi di Rusia.
Paham
sosialisme-demokrasi bisa dibilang lebih halus bila dibandingkan dengan
komunisme. Paham ini menggunakan metode evolusioner dan demokratis. Untuk
mencapai tujuan mereka cenderung memilih jalur evolusi, yaitu perubahan
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pendistribusian hasil industri dan
konsumsi didasarkan pada kecakapan yang dimiliki oleh perorangan, sehingga
kesejahteraan ditentukan oleh usaha orang itu. Dalam masalah hak kepemilikan,
perorangan diperbolehkan mempunyai hak milik akan tetapi perusahaan dan alat
industri yang berhubungan dengan orang banyak harus menjadi hak milik negara
dan dikelola sepenuhnya oleh negara.
Perkembangan
Sosialisme di Indonesia
Paham sosialisme demokrat berasal dari
ideologi sosialisme di negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme itu
sendiri sebagai satu istilah diperkenalkan oleh Robert Owen (1771-1858) tahun
1827, walaupun sebagai satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad ke-17 (Suleman, 2010: 128-129).
Para anggota partai buruh atau partai sosialis di negara-negara demokrasi Barat
merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia ini. Paham atau ideologi yang
dianut partai buruh atau partai sosialis inilah yang disebut dengan sosialisme
demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan tatanan yang hendak mereka
perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara kemakmuran.
Sejarah
sosialisme di Indonesia mulai dari sosialisme bukan merupakan paham baru di
Indonesia, sosialisme didasarkan pada teori Karl Marx dan Frederick Engels,
tokoh-tokoh sosialisme utopis, perkembangan sosialisme ilmiah, serta pilihan
paham sosialisme untuk Indonesia. Selain itu juga mendeskripsikan tentang
pelaksanaan atau aktualisme sosialisme Indonesia pada saat itu di dalam wujud
pemerintahan Indonesia pada jaman Soekarno. Jelas disitu bahwa berdirinya
Indonesia Merdeka adalah jembatan emas untuk selanjutnya mewujudkan cita-cita
sosialisme Indonesia.
Munculnya
paham sosialisme di Indonesia ini tidak lepas dari adanya golongan sosialis
dari luar negeri dalam menancapkan sosialisme di negeri ini (dulu Hindia
Belanda). Diperkirakan sosialisme mulai berkembang di Indonesia ketika sebuah
organisasi kaum sosialis yang dibangun tahun 1914 yaitu ISDV (Indische Sociaal-Democratische
Vereeniging) atau Persatuan
Sosial Demokrat Hindia Belanda (Dekker, 1993: 33). Organisasi ini pada awalnya
merupakan kumpulan dari kaum sosialis Belanda yang bekerja di Hindia-Belanda, dan
dibentuk atas kegelisahan seorang sosialis Belanda yang berhadapan dengan
kondisi-kondisi sosial-politik Hindia Belanda saat itu, yaitu Sneevliet atau lengkapnya Hendricus
Josephus Franciscus Marie Sneevliet. Seneevliet adalah seorang
aktivis buruh kereta api di negeri Belanda yang datang ke Indonesia untuk
mencari pekerjaan (Lemhanas: 2005:208). Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun
1913 telah membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme
di Indonesia.
Gerakan sosialis
yang dilakukan oleh Sneevliet ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh keadaan yang
ada di luar negeri seperti peristiwa di Rusia. Menurut Baars (1991: 384) bahwa
dalam artikel "Kemenangan", yang merupakan teriakan gembira dari
Revolusi Rusia pada bulan Februari di surat kabar Hindia bulan Maret 1917, Henk
Sneevliet, pemimpin kelompok kecil sosialis yang tersisa di Hindia Belanda,
menyebabkan proses politik besar pertama publik di koloni. Atas dasar itulah, membuat keinginan
Sneevliet sebagai pejuang kelas di Hindia Belanda saat itu sangat ingin untuk
melakukan hal yang sama. Saat itu ISDV mengerti betul bahwa penjajahan Belanda
di Indonesia dalam bentuk kolonialisme (pemerintahan Hindia Belanda) merupakan
bagian langsung dari cara untuk mempertahankan Kapitalisme di Eropa dan Amerika
(Imperialisme).
Tetapi mereka
masih berbeda pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan
ide-ide sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda.
Pihak yang lebih moderat yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV lebih
menekankan pada tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial
Demokrat Belanda) di parlemen Belanda. Sneevliet akhirnya harus berkompromi,
dimana selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi
kepentingan SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa
yang tidak dilarang oleh peraturan kolonial. Namun demikian, dalam deklarasi
prinsipnya ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan kelas” dan makna
kemerdekaan dalam tujuan organisasinya, berbeda dari organisasi-organisasi
pergerakan sebelumnya yang lebih menekankan segi kebangsaan (seperti Boedi
Oetomo atau Indische Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam).
Faksi Sneevliet
juga mulai mempengaruhi organisasi-organisasi massa besar seperti Insulinde dan
Serikat Islam. Usaha ini dilakukan karena ISDV membutuhkan pengikut sosialis
dari kalangan pribumi untuk tampil memimpin dan mengorganisasikan perjuangan
rakyat, sebagai suatu hal yang sulit dilakukan oleh kaum sosialis berkebangsaan
Belanda. Hingga akhirnya Serikat Islam terbukti menjadi tempat yang subur bagi
pertumbuhan pemikiran sosialis di kalangan pribumi, dan menjadikan gerakan
berbasis massa yang diharapkan Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Sedangkan,
disaat pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran
dalam tubuh SI khususnya cabang Semarang, dan setelah peristiwa revolusi Rusia 1917
yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang
berpandangan nasionalis sampai islam, dari Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai
ikut gandrung untuk mempelajari karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang
berjudul Das Capital (Modal). Dan saat itu dapat dikatakan, tidak ada pemimpin
pergerakan yang menolak tujuan-tujuan sosialisme secara umum (yang dianggap
sebagai tujuan persamaan antara sesama manusia tanpa penindasan).
Pengusungan
prinsip dan tujuan sosialisme kedalam sebuah partai politik akhirnya terjadi
pada tahun 1920, yaitu hasil dari perubahan ISDV sendiri menjadi Partai Komunis
Indonesia. Dalam komposisi ISDV yang sudah banyak memiliki anggota dari kaum
buruh dan pribumi, momentum pendirian partai bernama komunis didorong oleh dua
hal. Pertama, terbentuknya Internasional Komunis pada 1919, yang sekaligus
mematenkan nama ‘komunis’ secara internasional untuk membedakan diri dari
sosial-demokrat secara internasional yang berkhianat pada perjuangan kelas,
lalu menggusarkan pemimpin ISDV atas nama ‘sosial-demokrasi’
yang disandangnya. Kedua, faksi yang lebih moderat dalam ISDV kemudian
membentuk organ terpisah yang bernama ISDP.
Dilarangnya PKI
tidak membuat pandangan-pandangan sosialisme sama sekali hilang dari dunia
pergerakan. Prinsip-prinsip kesetaraan antar bangsa, ras, agama, maupun
kedudukan sosial (yang awalnya diterangi oleh Sosialisme), walau dijalankan
dalam praktek politik yang berbeda-beda sekaligus membingungkan, telah juga
merasuk kedalam gerakan kemerdekaan nasional hingga terwujudnya di tahun 1945.
Saat itu kaum yang menamakan diri sebagai sosialis memang telah berpencar
kedalam berbagai organisasi dan menerapkan strategi-taktik yang berbeda-beda
pula dalam menyongsong kemerdekaan nasional.
Perkembangan
cita-cita sosialisme Indonesia yaitu tentang pilihan paham untuk sosialisme
Indonesia dijelaskan bahwa sosialisme Indonesia lahir karena kondisi sosial
kemiskinan rakyat Indonesia. Menurut Roeslan Abdulgani dalam bukunya Sosialisme Indonesia (1963) menjelaskan
bahwa terdapat pengaruh kaum sosial demokrat Belanda pada waktu itu juga ikut
mempengaruhi perkembangan paham sosialisme di Indonesia. Setelah itu tumbuh
Partai Komunis Indonesia. Upaya untuk membumikan sosialisme di Indonesia tidak
bisa lepas dari membahas seputar basis masyarakat Islam di Indonesia sehingga
lahirlah usaha-usaha untuk mensintesakan antara Islam dan Sosialisme itu.
Lahirnya Marhaenisme sebagai usaha mencari sintesis atas sosialisme Indonesia
yang dilakukan oleh Soekarno. Menurut Soekarno (2005: 4) bahwa seorang Marhaen
adalah orang yang mempunyai alat yang sedikit. Bangsa kita yang puluhan juta
jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang laain dan tidak ada
orang bekerja untuk dia. Marhaenisme adalah sosialisme dalam praktek.
Untuk
selanjutnya, harapan pemimpin bangsa Indonesia saat itu yaitu Soekarno,
berharap bahwa Indonesia akan menjadi Sosialisme. Mengingat bahwa paham ini
memberikan keterbukaan akan asas kebersamaan dan kesetaraan. Dalam Aning (2005:
206) disebutkan bahwa Soekarno mengatakan sebagai berikut: “dalam tahap
Nasional Demokratis ini, revolusi kita telah menjebol nekolim dan feodalisme
untuk dapat menyelenggarakan tata kehidupan nasional yang demokratis. Sekarang
kita melangkah ke tahap selanjutnya .... Sosialisme Indonesia ”
Bahkan guna memperkuat
kedudukannya, maka Presiden Soekarno mengajarkan resopim (Revolusi, Sosialisme
Indonesia, dan Pimpinan Nasionalis) dalam pidato memperingati hari ulang tahun
RI 17 Agustus 1961. Sosialisme hanya dapat dicapai melalui revolusi yang
dikendalikan oleh satu pimpinan nasional, yaitu PBR (Pemimpin Besar Revolusi).
Dengan demikian, maka seluruh pejabat termasuk pimpinan lembaga-lembaga tinggi
dan tertinggi negara menurut diberi pangkat menteri, sehingga kedudukannya di
bawah presiden (Aning, 2005:
134).
Kemudian di era
perkembangan perekonomian, sosialisme juga ikut mempengaruhi adanya
pemikiran-pemikiran tentang ekonomi Indonesia, salah satunya adalah Moh.Hatta.
Menurut (Suleman, 2010: 130) aliran sosialisme demokrasi ini memmilki peranan
yang penting dalam struktur pemikiran Hatta. Dalam beberapa tulisan pentingnya,
Hatta merujuk pada sosialisme Barat, khususnya prinsip perikemanusiaan, sebagai
sumber pemikiran tentang demokrasi untuk Indonesia merdeka. Tentu saja yang
dimaksud Hatta dengan sosialisme Barat adalah paham sosialisme demokrasi, bukan
sosialisme Marx (komunis) yang menghendaki perubahan secara kekerasan
(kekerasan). Perkenalan Hatta dengan paham sosialisme sudah berlangsung sejak
tahun 1920.
Menurut Harsoyo
dkk (2006: 12) bahwa Hatta selain menggunakan istilah kolektivisme, Hatta juga
menggunkan istilah sosialisme untuk mengungkapkan hal yang sama tentang
masyarakat yang ada dalam idealismenya. Sungguh pun usaha ekonomi masih bisa
dikelompokkan dalam tiga cabang besar yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi
seperti halnya dalam masyarakat kapitalis, tetapi kelas manusia hilang dalam
masyrakat sosialisme. Dalam masyarakaat sosialisme yang ada adalah pembagian
fungsi pekerjaan. Diilustrasikan oleh Hatta, dalam masyarakat sosialis
pekerjaan saudagar tetap ada, tetapi saudagar yang mencari keuntungan hanya
untuk dirinya sendiri sudah tidak ada lagi dalam masyarakat tersebut. Tampak
sekali dalam pemikiran Hatta insentif moral begitu penting peranannya dalam
masyarakat. Insentif ekonomi yang berwujud keuntungan usaha tidaklah cukup.
Menurut
pandangan Sri Edi Swasono (dalam Haryoso dkk, 2006: 12-13), sosialisme
Indonesia menurut Hatta dicirikan oleh 3 hal:
1.
Sosialisme muncul karena golongan etik
agama yang menghendaki adanya persaudaraan dan tolong-menolong antar sesama.
Rasa keadilan menggerakkan jiwa untuk berontak terhadap kesengsaraan hidup dan
terhadap ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Visi kerajaan Allah
dihadirkan dalam dalam hidup masyarakat, supaya manusia hidup dalam suasana
sayang menyayangi, persaudaraan, dan bersikap adil. Dengan demikian sosialisme
di Indonesia tidak mendasarkaan pada pandangan materialisme dialektik dari
Marxisme.
2.
Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi
dari jiwa berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak
adil dari penjajah. Sosialisme tumbuh dan sekaligus menjiwai pergerakan menuju
kemerdekaan Indonesia.
3.
Hatta yang kurang menerima pandangan
Marxisme, mencari sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat Indonesia sendiri.
Hatta menegaskan bahwa dasar-dasar sosialisme Indonesia terdapat pada
masyarakat desa yang kecil, yang bercorak kolektif, yang sedikit-sedikit
banyaknya masih bertahan sampai sekarang.
Sebenarnya,
dalam negara kita ini, yang berdasarkan sosialisme tidak begitu sukar mencari
dasar-dasar tempat membandingkan masalah-masalah detail yang merupakan berbagai
kesulitan dalam cara melaksanakannya. Pertama, ada pancasila yang menjadi
pedoman pokok bagi kita untuk membangun negara dan masyarakat. Yang sangat disesalkan
sampai sekarang ialah bahwa Pancasila ini dalam kebanyakan hal hanya diamalkan
sebagai lip-service saja, tidak
ditanam di dalam jiwa
(Isei, 2005: 128).
Undang-undang
dasar negara kita sudah dari semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan
sosialisme Indonesia. Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi
orang-orang atau badan politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi
pegawai pelaksana yang tugasnya mengerjakan. Apabila dijalankan
sungguh-sungguh, tujuan
sosialisme yang terdekat aakan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari
kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya.
Dampak Sosialisme di Indonesia
Setiap pemikiran
besar akan mempengruhi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti halnya
kapitalisme, nasionalisme, sosialisme, dll. Sosialisme di kenal setelah
terjadinya revolusi Prancis di Prancis. Sosialisme atau sosialism memiliki arti kemasyarakatan. Pemikiran mengenai
soialisme ini sendiri membawa dampak yang besar di dunia dalam menghapuskan
pemikiran mengenai kapitalisme di beberapa negara, termasuk Indonesia. Di
Indonesia sendiri dampak adanya pemikiran terjadi tidak hanya dalam aspek
politik, tetapi juga aspek ekonomi dan sosial. Menurut Soekarno (dalam
Lemhanas, 2005: 208) menjelaskan bahwa sosio-nasionalisme adalah nasionalisme
dalam politik dan ekonomi. Yaitu negara yang di dalamnya tiada eksploitasi
manusia oleh manusia, tiada eksploitasi pula manusia oleh negara, tiada
kaapitalisme, tiada kemiskinan, tiada perbudakan, tiada wanita yang setengah
mati sengsara karena memikul beban yang dobel.
Dalam suatu
negara yang menggunakan paham sosialis sebagai ideologinya, maka apapun yang
dilakukan baik aspek ekonomi, politik, sosial,dll harus untuk kepentingan
bersama terutama untuk rakyat. Sebab sosialisme ialah suatu pemikiran yang
digunakan untuk menghapus kelas-kelas sosial dan sosialisme ini dalam
menjalankan kehidupanya digunakan untuk kepentingan bersama. Artinya sumber
daya alam, sarana-prasarana yang ada di suatu negara bisa digunakan oleh sisapa
saja tanpa memandang kelas.
Di Indonesia
sendiri, dalam bidang politik misalnya dapat kita ketahui pasca Kemerdekaan RI
terbentuk partai yang berideologi sosialis. Partai tersebut bernama Partai
Sosialis Indonesia (PSI) yang dibentuk dan diketuai oleh Sutan Syahrir. Awalnya
partai ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis yang diketuai oleh Amir
Syarifudin dan Partai Rakyat Sosialis yang di dirikan oleh Amir Syarifudin
kemudian membentuk Partai Sosialis pada tahun 1945. Setelah itu terjadilah
perpecahan antara kelompok Amir Syarifudin Hingga terbentuklah partai baru
yakni Partai Sosialis Indonesia yang dididrikan oleh Sutan Syahrir. Sebenarnya
partai ini sama-sama berideologikan sosialis yaitu segala bentuk tindakanya
berdasarkan kepentingan bersama.
Dalam Manifesto
Politik RI, Soekarno berpendapat bahwa masa depan Revolusi indonesia ialah
bukan Kpitalisme atau Feodalisme melainkan Sosialisme. Artinya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia harus adil dan makmur seperti yang ada dalam tujuan
ideologi sosialis. Oleh sebab itu, dari pendapat Soekarno tersebut juga ada
dalam Pancasila Sila ke-5 yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat
Indonesia. Dari Sila ke-5 tersebut kita juga tahu bahwa ada unsur paham
sosialisme. Dalam artian saat merumuskan sila-sila dalam pancasila tersebut
paham sosialisme telah digunakan dalam memikirkan sila-sila Pancasila.
Sebenarnya
antara Sosialisme dan Demokrasi juga tidak dapat dipisahkan. Sosialisme dan
Demokrasi sama-sama bertujuan segala bentuk aspek kehidupan berdasarkan untuk
rayat, adil dan makmur. Oleh sebab itu Sistem pemerintahan di Indonesia sendiri
pernah menggunakan Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin
disebut juga demokrasi terbuka yang artinya dalam hal memilih seorang pemimpin
harus adil, terbuka, dan bebas. Adanya sifat yang adil dalam Demokrasi
Terpimpin ini merupakan wujud dari pemikiran Sosialisme. Selin itu, dalam era
moderen ini, munculnya partai Demokrat juga merupakan dampak dari adanya paham
Sosialisme.
Dalam bidang
sosial sendiri, dengan adanya pemikiran mengenai Sosialisme, berdampak besar
pula bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia
yang saling gotong royong misalnya juga berakar pada pemikiran sosialisme.
Selain itu masyarakat di Indonesia juga tidak mengenal kelas-kelas sosial yang
mencolok seperti di negara-negara yang menganut paham kapitalisme. Hal ini
terbukti bahwa semua masyarakat boleh mengenyam pendidikan tanpa membedakan
kelas sosialnya. Di dalam sekolah-sekolah itu juga tidak dibedakan mana kelas
untuk orang kalangan atas, menengah atau bawah, semuanya sama menggunakan
seragam yang sama dan mendapat perlakuan yang sama. Dalam menggunakan sarana
dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah juga dapat digunakan oleh semua
masyarakat. Tidak ada transportasi umum, rumah sakit, tempat ibadah,dll untuk
kalangan-kalangan tertentu, semuanya diberlakukan sama. Selain itu di dalam
pasal pada UUD 1945 juga dijelaskan bahwa setiap individu berhak untuk diberi
kebebasan dalam bebicara, berkumpul,beragama,dll.
Sedangkan dalam
bidang ekonomi,Individu boleh memiliki harta kekayaan pribadi, seperti halnya
Indonesia kecuali perusahaan-perusahaan besar dikelola oleh Negara seperti
perusahaan listrik, air minum,dll . Selain itu dalam ekonomi sosialis segala
bentuk perekonomian diperuntukkan untuk rakyat. Undang-undang dasar negara kita sudah dari semulanya
berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia. Ketentuan-ketentuan
ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan politik yang menentukan
politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang tugasnya mengerjakan.
Apabila dijalankan sungguh-sungguh, tujun sosialisme yang terdekat aakan
tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari kesengsaraan hidup dan
tiap-tiap orang terjamin penghidupannya (Isei, 2005: 128). Di
Indonesia sendiri, baik penanam modal di Indonesia, baik pengusaha dalam maupun
luar negeri diatur oleh negara dalam menjalankanya. Sehingga mereka tidak
berjalan secara pribadi. Kemudian dalam pasal 33 UUD 1945 juga diatur mengenai
Sumber Daya Alam (SDA) merupakan milik bersama. Dari pasal tersebut terdapat
unsur pemikiran Sosialisme. Jadi Sosialisme sangat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan Bangsa Indonesia.
Penutup
Kesimpulan
Sosialisme
muncul dari pemikiran-pemikiran yang menolak dengan adanya Kapitalisme. Awal
munculnya Sosialisme ialah pada saat munculnya Revolusi Industri dimana
Kapitalisme dan Foedalisme berkembang dan terbentuknya strata-strata lapisan
masyarakat sosial. Sosialisme selanjutnya berkembang pesat di dunia dan terdapat
banyak cabang-cabang paham sosialisme yang berkembang, namun paham sosialisme
yang paling banyak dianut adalah pahan Sosialisme-Demikratis dan
Sosialisme-Komunis.
Indonesia juga
tidak lepas dari paham Sosialisme, dengan terbentuknya ISDV merupakan bukti
dengan adanya tumbuh kembang paham ini di Indonesia. Tidak hanya ISDV ada juga
organisasi yeng bergerak dalam paham Sosialis seperti Sarekat Islam dan Budi
Utomo namun organisasi tersebut lebih mengarah ke Agama dan Nasionalis.
Sebangkan ISDV bergerak untuk menghapus kelas-kelas sosial.
Dampak paham
Sosialis begitu besar di Indonesi dalam bidang politi, ekonomi, dan social.
Dalam bidang politik banyak partai-partai yang berbasis dari siosialis. Dalam
kehidupan social, sosialisme berdampak besar pula bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang saling gotong royong
misalnya juga berakar pada pemikiran sosialisme. Selain itu masyarakat di
Indonesia juga tidak mengenal kelas-kelas sosial yang mencolok seperti di negara-negara
yang menganut paham kapitalisme. Sedangkan pada bidang Ekonomi dibuatnya
undang-undang pasal 33 menunjukkan bahwa pengelolaan SDA diatur oleh Negara
untuk kesejahteraan masyarakat.
Daftar
Rujukan
Abdulgani,
Roeslan: 1963. Sosialisme Indonesia. Jakarta: Yayasan Prapantja. (Online), (www.googlebooks.com)
diakses 25 Februari 2014.
Aning,
Floriberta. 2005. 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus
Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia Di Abad 20. Yogyakarta:
Narasi.
Baars, A.
1991. Socialism in Indonesia: Deel 2 Het Proces Sneevliet 1917. Leiden: KITLV.
Dekker,
Nyoman. 1993. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Dellier
Noer. 1999. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: Mizan.
Firdaus
Syam. 2007. Pemikiran Filsafat Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan
Pengaruhnya terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Akasara.
Gors,
Andre. 1994. Capitalism, Socialism, Ecology. USA: Verso, (Online), (www.googlebooks.com)
diakses tanggal 25 Februari 2014.
Harsoyo,
dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Henry J.
Schmandt. 2002. filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hewitt,
Martin. 1992. Welfare, Ideology, and Need. USA: Barnes and Noble Books.
Isei. 2005.
Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir:
1959-1966 Ekonomi Terpimpin. Yogyakarta: Kanisius.
Lemhanas.
2005. Keadilan Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Miriam
Budiarjo. 1981. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Bandung: Alumni.
Soekarno.
2005. Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Suleman,
Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta.
Jakarta: Kompas.
Willian Ebenstein & Edwin Fogelman. 1990.
Isme-Isme Dewasa Ini, ed.9. Jakarta: Erlangga
Menurut kelompk anda, apakah sosialisme di Indonesia pd masa sekarang masih ada? Mengingat Indonesia sekarang semakin liberal/kapitalis.
BalasHapusTerimakasih kepada Saudari Desinta atas pertanyaannya. Saya disini akan mencoba menjawabnya. Begini, memang Indonesia jika dilihat sekarang semakin liberalis atau kapitalis, namun tidak semua hal yang ada di Indonesia mengalami hal tersebut. Ada beberapa hal masih tetap bertahan sehubungan dengan diterapkannya Sosialisme di Indonesia. sebelum menjawab lebih lanjut, saya akan menyebutkan terlebih dahulu prinsip pelaksanaan Sosialisme sebagai berikut:
Hapus1. Kebebasan individu/hak sipil dijamin dan dilindungi oleh pemerintah
2. Jaminan keamanan ekonomi bagi semua warga melalui sistem kesejahteraan
3. Mencapai kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dengan jalan peningkatan pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial
4. Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan sosial harus mendapat persetujuan para warga melalui partisipasi mereka dengan aktif
5. Semua sarana yang melayani keperluan masyarakat umum ada ditangan negara
Hal-hal tersebut masih banyak dilakukan dan berlangsung sampai sekarang. Meskipun sedikit banyak sudah mulai terkikis akibat Liberalis dan Kapitalis. Kemudian ketika kita melihat dasar pemikiran Sosialisme adalah agama, Idealisme etis dan estetis, Empirisme Fabian, dan prinsip-prinsip liberal. Jika dilihat dari dasar pemikiran tersebut, maka sudah mulai dilihat bagaimana dasar pemikiran Sosialisme juga ada di dalam prinsip-prinsip konstitusi RI. Dalam hal agama, sudah jelas bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki agama yang sangat heterogen. Tertuang dalam Sila Pertama Pancasila, bahwa Indonesia adalah negara yang berketuhanan. Dalam pasal 29 UUD 1945 juga sudah dijelaskan bahwa Indonesia memberikan kebeebasan beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing kepada setiap warga negara.
Pelaksanaanya masih bisa kita lihat dalam kebebasan individu yang bertanggung jawab serta kebebasan berbicara, pers, berkumpul, memilih, beragama, dll. Realita yang kita temui bahwa sekarang kebebasan akan hal tersebut masih kita temui. Misalnya seperti kebebasan berpendapat, berorganisasi, dan mengemukakan opini pada surat kabar. Kemudian bisa juga dilihat pada ekonomi, bahwa keamanan ekonomi individu dijamin menurut sistem kesejahteraan dan Individu mendapatkan pekerjaan. Meskipun tidak semuanya akan berjalan seideal mungkin, tetapi masih ada Sosialisme yang terjadi di Indonesia. Sehubungan dengan masalah ekonomi yang bertujuan untuk kesejahteraan, pemerintah sudah berusaha menyediakan lapangan kerja untuk mencegah pengangguran. Selain itu, upaya lain juga dilakukan dalam peningkatan mutu ekonomi masyarakat kecil. Terlepas dari dilema bahwa masalah ekonomi yang menghambat kesejahteraan terkadang datang dari pihak pemerintah sendiri (korupsi). Kemudian pada prinsip kesamaan, bisa dilakukan dengan pemerataan kekayaan, dilakukan melalui peningkatan pendidikan dan kebudayaan. Ini bisa kita lihat misalnya pada pemberian kesempatan beasiswa kepada siswa yang tidak mampu sehingga mereka mampu mengenyam pendidikan.
Dari peradaban bangsa dan umat manusia yang berangkat dari kesederajadan dan kebersamaan, dan terimplementasikan dalam kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, akan lahir suatu kehidupan yang sejahtera, kehidupan tanpa ada penindasan bangsa atas bangsa, maupun penindasan manusia atas manusia.
Inilah dunia baru yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia, dunia baru yang adil dan beradab. Dengan merunut tiap kata dari Pembukaan UUD 1945, terlihat dengan nyata bahwa Pembukaan UUD 1945 sangat sarat dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Namun di sini HAM tidak diangkat secara sempit hanya terbatas pada pandangan manusia sebagai mahluk individu, melainkan juga sebagai mahluk sosial. Sehingga terbentanglah harmoni yang menggelar kesejahteraan hidup bersama.
Meskipun kondisi Indonesia semakin Liberalis atau Kapitalis, akan tetapi seperti yang telah kita jelaskan di atas, bahwa tidak semuanya mulai mengalami hal tersebut. Masih ada beberapa hal yang mengandung Sosialisme di Indonesia.
Jika ada yang ingin menambahkan jawaban saya, dipersilahkan, disini kita masih sama-sama belajar.
saudari Desinta terima kasih, saya akan menambahkan jawaban dari ulqiyatus:
Hapusdi Indonesia masih dibutuhkan sistem sosialisme di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Negara dan pemerintah harus tetap bertanggung jawab mengatur dan mengelola bidang ekonomi dan pendidikan masyarakat. Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak harus tetap dikuasai negara dan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran bangsa. Negara harus tetap bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa. Kalau misalnya masih banyak rakyat Indonesia yang miskin, bukan berarti harus mengubah sistem ekonomi dari sosialis-kerakyatan menjadi liberal, tetapi perbaiki penerapan dan implementasi dari paham ekonomi sosialis-kerakyatan tersebut. Sosialisme sekarang memang tidak membenarkan adanya intervensi yang berlebihan dari pemerintah di bidang politik. Rakyat harus bebas sebebas-bebasnya dalam menentukan pandangan politik mereka. Tetapi dalam bidang ekonomi sosial dan budaya, pemerintah harus tetap berperan aktif memjukan kesejahteraan umum.
Dalam bidang ekonomi misalnya, dalam pasal 33 UUD 1945 jelas diterangkan tentang perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Lalu diteruskan dengan perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kenapa pasal tersebut berbunyi seperti itu? Karena para “founding father” kita tahu bahwa jika cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup rakyat jatuh ke tangan penguasaan personal atau bahkan asing maka rakyat bisa tertindas. Jika tidak ada jaminan masyarakat mendapatkan kesamaan hak yang sama di bidang ekonomi, dengan kata lain hanya yang kaya yang bisa membeli, rakyat akan semakin jauh menderita dan terpuruk. Negara harus tetap mengatur dan mensubsidi kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat karena memang rakyat Indonesia masih membutuhkan subsidi tersebut. Rakyat Indonesia sampai saat ini belum siap memasuki perekonomian liberal. Jangankan rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia sendiri saja belum siap. Buktinya perusahaan pertambangan banyak yang jatuh dan dikuasai asing.
Sistem ekonomi sosialisme menuntut peran pemerintah dalam perekonomian sebuah negara demi tercapainya pemerataan sosial, penghapusan kemiskinan, dan kemakmuran bersama. Dalam sistem ini komoditas-komoditas perekonomian yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak seperti air, minyak, listrik, dan sebagainya dikuasai dan dikendalikan oleh negara. Dengan hal ini diharapkan kesenjangan sosial dalam masyarakat dapat teratasi dan akhirnya dapat membawa kehidupan seluruh masyarakat menuju ke arah kemakmuran. Sistem ekonomi yang cenderung ke arah sosialisme dan sering dikatakan sebagai sistem ekonomi kerakyatan inilah yang dianggap cocok dan pas jika diterapkan di Indonesia. Kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih berada di bawah garis kemiskinan menuntut adanya peran aktif pemerintah dalam bidang ekonomi agar kebutuhan pokok masyarakat dapat tetap terjamin dan terpenuhi. Dengan adanya peran pemerintah tersebut diharapkan tidak ada cerita adanya orang kelaparan dan kekurangan makanan serta air bersih. Jaminan dari pemerintah ini menjadi penting mengingat daya beli dan pendapatan masyarakat Indonesia yang masih rendah dan jauh dari kecukupan. Jika di Indonesia diterapkan sistem ekonomi liberal apalagi global, dipastikan kehidupan rakyat Indonesia akan semakin tercekik dan perkonomian rakyat Indonesia sedikit demi sedikit akan hancur tergerus arus globalisasi dan modal asing. Rakyat miskin yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian serta modal besar akan semakin terpinggirkan. Maka benar-benar menjadi nyatalah istilah “yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin”. Jadi SOSIALISME di Indonesia ini sendiri jelas MASIH ADA!
Saya rasa cukup. Terima kasih atas penjelasan saudara2.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusteman-teman mari beriskusi :)
BalasHapusSama-sama Saudari Desinta. Dan untuk Saudari Intan, terimakasih atas tambahannya. Silahkan teman-teman, mari berdiskusi... :)
BalasHapusTerimakasih. Diskusi ditutup
BalasHapus